Sabtu, 26 Maret 2011

KEBUDAYAAN SUNDA

Latar Belakang
Dalam Pemakaian sehari-hari perkataan “kebudayaan” berarti kualitas yang wajar yang dapat diperoleh dengan mengunjungi cukup banyak sandiwara/teater dan konser tarian dan mengamati karya seni pada sekian banyak gedung kesenian. Tetapi seorang ahli antropologi, mempunyai definisi yang lain. Dalam penjelasan Ralph Linton menjelaskan bagaimana definisi kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari berbeda dari definisi seorang ahli antropologi :
“Kebudayaan adalah seluruh cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup masyarakat itu kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dengan membaca karya sastra yang terkenal atau memainkan piano. Untuk seorang ahli ilmu sosial kegiatan seperti itu merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan kita. keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti mencuci piring dan untuk tujuan mempelajari kehidupan hal ini sama derajatnya dengan “hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan”. Karena itu , bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk yang berbudaya dalam arti mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan”.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat. Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri kahas kebudayaan yang berbeda-beda. Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang membedakannya dengan suku lain. Keunikan kharakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.

Pembahasan
Secara antropologi-budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut suku bangsa Sunda itu adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa-ibu bahasa sunda serta digunakannya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal dan bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang sering disebut juga Tanah Pasundan atau Tatar Sunda, yang secara kultural daerah pasundan itu disebelah timur dibatasi oleh sungai-sungai cilosari dan citanduy yang merupakan perbatasan bahasa.
Dewasa ini bahasa sunda dipakai secara luas dalam masyarakat di Jawa Barat. Dipedesaan bahasa pengantar adalah bahasa sunda, sedangkan di kota-kota bahasa sunda terutama digunakan dalam lingkungan keluarga, didalam percakapan antara kawan dan kenalan yang akrab, serta ditempat-tempat umum dan resmi di antara orang-orang yang saling mengetahui bahwa mereka itu menguasai bahasa sunda.
Kehidupan keagamaan orang sunda pada masa kini adalah agama Islam yang merupakan agama dari sebagian orang sunda, tetapi dalam kehidupan keagamaan, orang sunda sebagai juga pada suku-suku bangsa lain yang ada di Indonesia, terdapat unsur-unsur yang bukan Islam. Orang sunda kebanyakan patuh menjalankan kewajiban beragama seperti halnya melaksanakan rukun Islam (syahadat, shalat, shaum atau puasa, zakat, dan naik haji), akan tetapi kepercayaan orang sunda pada cerita-cerita mitos dan ajaran-ajaran agama sering diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib.
Bagi kita (selaku orang sunda) yang hidup dalam zaman modern ini, yang telah terbiasa menggunakan logika ilmu pengetahuan, dunia mitos seolah-olah mengingkari logika itu, tetapi cerita-cerita mitos itu setelah ditelaah dan didekati lebih dalam lagi dengan ukuran-ukurannya tersendiri ternyata banyak terdapat suatu makna yang mempunyai nilai penting dalam alam pikir orang sunda sebagai kebudayaan. Disamping agama, mitos bagi orang sunda memiliki fungsi untuk mengatur sikap dan sistem nilai manusia, mempertahankan tertib sosial dalam lingkungan masyarakat yang belum banyak menggunakan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan modern. Dan itulah yang menjadi penyebab orang sunda masa kini menjadi orang-orang yang patuh dan taat pada ajaran agama Islam tetapi sering pula melaksanakan upacara-upacara yang tidak terdapat dalam agama bahkan ada juga yang tidak dibenarkan Islam, karena Islam dan adat kebudayaan orang sunda itu tidak dapat dipisahkan (seolah-olah menjadi satu paket).
Sistem kekerabatan orang sunda dipengaruhi oleh adat yang diteruskan secara turun temurun dan oleh agama Islam. Karena orang sunda telah lama memeluk agama Islam, maka susah kiranya untuk memisahkan mana adat dan mana agama, dan biasanya kedua unsur itu terjalin dengan erat menjadi adat kebiasaan dan kebudayaan orang sunda. Mengenai prinsip garis keturunan dapat dikatakan bahwa sistem kekerabatan di Tatar Sunda adalah bersifat bilateral, yang dimaksud dengan kekerabatan bilateral menurut Ukun Surjaman dalam karangannya yang berjudul Istilah Klasifikasi Kekerabatan pada Orang jawa dan Sunda dalam Susunan Masyarakat adalah :
“garis ketrunan yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui orang laki-laki dan wanita. Adapun sistem istilah kekerabatan pada orang sunda menunjukan ciri-ciri bilateral dan generasional”
Bagi orang sunda sebutan kekerabatan pihak laki-laki tidak berbeda dengan sebutan kekerabatan bagi kerabat pihak perempuan.
Masalah pendidikan dan teknologi di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa Barat, yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara” merupakan kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan. Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna mendalam adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama. Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter, memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur, bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah
Masyarakat Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.
Kesenian yang dimiliki oleh suku sunda sangat banyak dan beragam, tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.



Pendapat Penulis
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Suku Sunda memiliki karakteristik yang unik yang membedakannya dengan masyarakat suku lain. Ke-khas-an karakteristiknya itu tercermin dari kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, kesenian, adat istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya.
Kebudayaan yang dimiliki suku Sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya. Untuk itu dengan membuat makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar antropologi, juga saya (sebagai orang sunda) diharapkan dapat mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Sunda tersebut yang merupakan kebudayaan saya (sebagai orang sunda) sendiri sebagai penerus kebudayaan sunda.Selain itu juga dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat bermanfaat dalam dunia kependidikan.

Referensi
Koenjaraningrat,Prof.Dr.2001.”Pengantar Antropologi”.Jakarta:Gramedia
Koenjaraningrat,Prof.Dr.2002.”Manusia dan Kebudayaan di Indonesia”.Jakarta:Gramedia
Ihromi,T.O.1994.”Pokok-pokok Antropologi Budaya”.Jakarta:Gramedia
Universitas Padjajaran.2007.”Artikel tentang Masyarakat Jawa Barat”. UNPAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar